Link Shopee Disini

TOKOH-TOKOH SUPER JENIUS DUNIA LXVII

 RENE LAENNEC

Penemu Stetoskop


Sebagian dari anda mungkin sudah tahu tentang stetoskop, apalagi yang pernah pergi berobat ke dokter dan merasakan langsung sentuhan alat ini. Ya, stetoskop adalah peralatan medis yang digunakan untuk memeriksa suara di tubuh manusia, utamanya untuk mendengarkan suara jantung dan pernapasan selain juga digunakan untuk memeriksa organ tubuh lainnya. Fungsi stetoskop secara sederhana dapat dikatakan sebagai alat yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit tertentu.

Istilah stetoskop sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu terdiri dari kata stethos yang berarti "dada" dan skopeein yang artinya "memeriksa". Bagian pangkal stetoskop memang ditempelkan pada dada si pasien untuk memeriksa denyut jantungnya, sedangkan ujung lainnya, yang bercabang menjadi dua bagian, menempel di telinga sang dokter. Nah, suara detak jantung si pasien didengarkan oleh dokter melalui bagian stetoskop yang menempel di kuping itu. Maka, tak heran jika sosok dokter identik dengan stetoskop karena alat inilah yang selalu terlihat menggantung di leher sang dokter.

Penemuan stetoskop dianggap sebagai salah satu penemuan yang sangat bermanfaat bagi perkembangan dunia kedokteran. Dulu, sebelum ada stetoskop, dokter atau tabib memeriksa detak jantung pasiennya dengan cara menempelkan telinganya ke dekat badan si pasien, lebih tepatnya di daerah sekitar dada. Dengan diciptakannya stetoskop, pekerjaan dokter yang harus mendiagnosis penyakit pasiennya menjadi sangat terbantu dan hasilnya jauh lebih akurat sehingga perkiraan jenis penyakit yang diidap si pasien pun dapat segera dipastikan.

Stetoskop tercipta berat pemikiran seorang dokter asal Prancis, yaitu Rene Laennec. Sang juru sembuh berotak encer yang dilahirkan pada 17 Februari 1781 di Brittany, Prancis ini justru mengalami masa kecil yang jauh dari kondisi sehat. Semasa usia anak-anak, Leannec sering sakit-sakitan karena kondisi badannya yang terlalu lemah. Apalagi keluarga Laennec memiliki rekaman yang tidak begitu baik mengenai kesehatan. Salah satunya adalah tragedi kematian sang ibunda yang wafat karena menderita penyakit TBC. Saat ibunya meninggal dunia, Laennec baru menginjak usia 5 tahun.

Sosok yang berperan besar dalam kehidupan Laennec adalah pamannya. Laennec diasuh oleh sang paman sepeninggal ibunya. Paman Laennec dikenal sebagai seorang pendeta sekaligus seorang pengajar pada fakultas kedokteran di perguruan tinggi di kota kecil yang mereka tinggali. Sewaktu sang paman diangkat menjadi dekan di almamaternya, Laennec pun ikut membantu dan mulai mengenal serta mendalami ilmu kedokteran di bawah bimbingan sang paman.


Kemauan dan kecemarlangannya yang cukup menonjol di bidang kedokteran membuat Laennec memperoleh kesempatan untuk membantu di rumah sakit sebagai bagian dari tenaga medis. Kala itu Laennec baru berumur 14 tahun, sebuah jejak prestasi yang cukup mengagumkan tentunya. Menjelang usia remaja, Laennec memutuskan untuk semakin memperdalam ilmunya dengan belajar di Charite Hospital hingga lulus pada 1804. Wawasan dan pengetahun Laennec mengenai teknik kedokteran semakin bertambah ketika ia memperoleh kesempatan untuk belajar secara langsung pada Corvisart, dokter kepercayaan Napoleon Bonaparte, Kaisar Prancis yang melegenda itu.

Sebab-musabab penemuan stetoskop terjadi secara tidak sengaja ketika Laennec sedang memeriksa pasiennya pada September 1816. Lantaran merasa tidak enak jika harus menempelkan telinga di dada pasiennya yang seorang perempuan, Laennec kemudian menggulung selembar kertas hingga berbentuk silinder yang kemudian disentuhkan di atas dada pasiennya. Sementara pada ujung lain kertas yang digulung itu, Laennec menempelkan telinganya untuk memeriksa denyut jantung si pasien. Ternyata hasilnya jauh lebih akurat karena detak jantung si pasien menjadi lebih jelas terdengar.

Dari situlah Laennec kemudian merancang sebuah alat yang secara fungsi mirip dengan gulungan kertas yang digunakannya itu. Terciptalah stetoskop pertama di dunia dari tangan Laennec yang dibuat dari kayu. Tidak hanya untuk mendengar denyut jantung saja, stetoksop sederhana buatan Laennec itu juga mampu memeriksa suara detak paru-paru. Setelah memastikan kegunaan alat tersebut dan kemudian menyempurnakannya, pada Agustus 1818 Laennec mempublikasikan temuannya itu lewat tulisannya dengan judul On Mediate Auskultation.

Namun, sayang, kendati namanya tergurat manis sebagai salah satu dokter yang paling berjasa, hidup Laennec harus berakhir karena serangan penyakit. Mirisnya lagi, penyakit yang mencabut nyawa Laennec sama dengan penyakit yang dulu menyebabkan ibunya tutup usia. Rene Laennec wafat akibat penyakit TBC pada 13 Agustus 1826. Jasad sang dokter jenius ini dikebumikan di kampung halamannya.***

 

ROBERT ADLER

Penemu Remote Control 


Pengendali jarak jauh alias remote control tentunya sudah cukup akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Beberapa jenis peralatan elektronik yang ada di rumah memang mengandalkan remote control sebagai pengendalinya, sebut saja televisi, vcd player, air conditioner dan lain sebagainya. Kehadiran remote control rupanya tidak bisa diabaikan begitu saja karena fungsinya yang cukup penting dan memudahkan kita untuk mengontrol alat-alat elektronik tertentu tersebut.

Fungsi utama remote control adalah untuk mengendalikan beberapa jenis peralatan elektronik tertentu dari jarak jauh dengan perantaraan sinyal infra merah. Untuk AC, misalnya, yang biasanya ditempelkan di dinding bagian atas tentu saja akan sulit dinyalakan apabila tidak ada remote control. Dengan remote control, kita hanya perlu memencet panel yang diinginkan sambil mengarahkan remote control ke arah di mana perangkat AC berada. Untuk televisi pun demikian juga. Sambil duduk atau tiduran di sofa, kita bisa memilih saluran mana yang ingin ditonton, atau mengatur besar-kecilnya volume suara, dengan memakai remote control.

Adalah Robert Adler yang ditengarai sebagai penemu remote control modern. Sosok super jenius kelahiran Wina, Austria, tanggal 4 Desember 1913 ini adalah peraih gelar Ph.D. pada bidang fisika dari Universitas Wina. Gelar prestisius dalam dunia akademisi itu diperoleh Adler pada 1937. Beberapa saat setelah Perang Dunia II meletus, Adler hijrah ke Amerika Serikat untuk bergabung dengan divisi riset sebuah perusahaan elektronik bernama Zenith Electronics Corporation sejak tahun 1941.

Remote control yang diciptakan oleh Adler dirilis oleh perusahaannya tempatnya bekerja pada 1950. Remote control yang dimaksud adalah alat tanpa kabel yang digunakan untuk menghidupkan dan mematikan pesawat televisi dari jarak jauh. Remote control televisi pertama di dunia yang merupakan hasil karya Adler ini diberi nama Lazy Bones. Wujud Lazy Bones masih sangat sederhana, begitu pula dengan kegunaannya yang masih terdiri dari dua fungsi saja, yaitu tombol on untuk menghidupkan dan off untuk mematikan pesawat televisi.

Adler merancang remote control dengan sangat simple dan belum menggunakan energi dari baterai. Adler memanfaatkan logam alumunium yang apabila mengalami benturan, maka suaranya akan ditangkap oleh komponen penangkap sinyal yang ditempatkan di dalam perangkat televisi. Proses seperti inilah yang mampu mengendalikan televisi dari jarak jauh.


Lima warsa berselang setelah penemuan remote control perdana, yaitu pada 1955, Zenith Electronics Corporation kembali merilis remote control terbaru yang sudah disempurnakan oleh Adler. Remote tanpa kabel yang diberi nama Flashmatic ini menerapkan prinsip kerja dengan memakai lampu yang diarahkan kepada sel penangkap cahaya yang diletakkan di sudut televisi. Namun, sel penangkap cahaya itu ternyata juga bisa mendeteksi sinar matahari sehingga pengendalian televisi justru kacau jadinya.

Dari pengalaman ini, Adler memperoleh kesimpulan bahwa suara lebih baik dari cahaya jika digunakan sebagai media perantara bagi remote control. Konsep ini sebenarnya sudah diterapkan oleh Adler pada remote control pertamanya, yakni Lazy Bones, namun kemudian Adler sempat ingin mencoba memakai media perantara yang lain. Adler menggunakan suara berfrekuensi tinggi yang tidak bisa ditangkap oleh telinga manusia, yaitu suara ultrasonik. Memasuki era 1960-an, Adler kembali memperkenalkan remote control terbarunya. Kali ini ia memodifikasi sistem sinyal suara ultrasonik dengan alat elektronik sehingga memerlukan sumber tenaga yang berupa baterai.

Dari waktu ke waktu, teknologi remote control pun terus berkembang. Hingga pada dekade 1980-an, ditemukan sebuah komponen elektronika yang dinamakan dioda. Komponen ini mampu memancarkan dan menangkap sinar infra merah yang tidak bisa ditangkap oleh mata manusia. Penggunaan sinar infra merah yang dipakai hingga sekarang menandai kembalinya pemakaian cahaya sebagai media perantara remote control setelah beberapa waktu sebelum menggunakan daya suara. Adler pun tidak mempersoalkan hal ini sepanjang metode yang diterapkan bisa bermanfaat.

Sang penemu remote control, Robert Adler, meninggal dunia pada 15 Februari 2007. Sebagian besar masa baktinya diabdikan untuk Zenith Electronics Corporation di mana ia bekerja di sana hingga tahun 1997 atau kurang lebih 56 tahun lamanya. Selama berkarya bersama Zenith Electronics Corporation, Adler tidak hanya berjasa menciptakan remote control, ia juga menemukan puluhan jenis peralatan elektronik lainnya.***

Belum ada Komentar untuk "TOKOH-TOKOH SUPER JENIUS DUNIA LXVII"

Posting Komentar

Jangan Merubah Kode Ini

Jangan Merubah Kode Ini

Jangan Merubah Kode Ini

Jangan Merubah Kode Ini